JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dikenal sebagai negeri subur, berlimpah sumber daya pangan. Namun, ketergantungan pada impor bahan makanan bisa membawa negeri ini ke dalam krisis pangan.
Peringatan tentang ancaman krisis pangan ini disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa dalam diskusi di Kompas, pekan lalu. ”Proporsi gandum sebagai pangan pokok kita sudah melonjak dari 21 persen tahun 2015 menjadi 25,4 persen pada 2017. Ini telah melewati ambang kritis 25 persen yang saya khawatirkan,” katanya.
Menurut Dwi, upaya cetak baru sawah bukan jawaban untuk mengatasi persoalan pangan. Selain persoalan ekologi berbeda, tidak semua masyarakat di luar Jawa memiliki budaya bercocok tanam padi. ”Sejak Orde Baru, upaya cetak sawah kebanyakan gagal,” katanya.
Dengan terus bertambahnya pemakan beras dan gandum sementara upaya peningkatan produksi semakin sulit dilakukan, Indonesia perlu merumuskan ulang kebijakan pangan. ”Kita harus kembali pada keragaman pangan lokal,” ujar Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah. (AIK/MKN/FLO/REN/SEM)
No comments:
Post a Comment