Di sini aku cuma mau nulis pendapatku tentang sesuatu yang dianggap sakral oleh berjuta umat, yaitu pernikahan. Ah elah tau apa sih anak 18 tahun tentang pernikahan? Mungkin itu yang dipikirkan oleh kamu yang lagi baca tulisan ini. Mungkin. Dannn pemikiranku mungkin akan beda dengan kalian, aku juga bakal jelasin alasan kenapa pandanganku terhadap pernikahan jadi seperti ini. Tidak menutup kemungkinan juga pandanganku akan berubah nantinya, inilah yang saat ini lagi aku pikirkan.
Apa yang kamu pikirkan saat denger kata 'selamanya'? For me, 'forever' is a really scary word. Selamanya adalah periode waktu yang sangat amat panjang buat aku. Makanya aku gapernah mengucapkan sesuatu dengan embel-embel 'selamanya' because... i think forever is impossible.
Pernikahan menurutku bukan suatu achievement atau goal, melainkan sebuah pilihan. Kita bisa memilih apakah kita akan melakukan itu atau tidak. Bukan juga sebuah keharusan demi memenuhi standar yang ada di masyarakat. It's fine if you stay single and not getting married, it's your choice and i respect that daripada orang yang nikah cuma karena nafsu atau lebih buruk lagi, karena tuntutan society.
Iya emang ada orang yang nikah dan bahagia dalam jangka waktu lama, nikah bukan sekadar melampiaskan nafsu atau memenuhi tuntutan society, bukan karena dijodohin orang tua wkwkw. Aku juga sangat menghargai orang-orang yang bisa bahagia dan bertanggungjawab sama pernikahannya. Karena nikah itu gak main-main gais. You have to spend the rest of your life with ONE PEOPLE. Kecuali kalo lu poligami/poliandri. Nikah adalah suatu keputusan besar dan bisa jadi beban.
Makanya ada orang yang bete kalo ditanya "kapan nikah"
Untungnya aku belum sampai pada umur ditanya kapan nikah hehehe. Lagian nanyain kapan nikah adalah hal yang nggak sopan dan nggak etis. Sama kayak nanyain pekerjaannya apa, gaji berapa, umur berapa (yes aku termasuk orang yang menganggap nanyain umur orang itu nggak sopan). Call me kaku atau apapunlah suka-suka kamu. Positive thinking aja mah kalo ada yang nanyain kapan nikah berarti orang tersebut udah liat kalo yang ditanya itu mampu secara fisik dan mental buat nikah :))
Alasan kenapa aku menganggap nikah adalah sebuah pilihan bukan keharusan adalah, karena aku liat banyak pernikahan yang fail. Marriage supposed to be enjoyable for both wife and husband right? I mean, you already vowed to be loyal and taking good care of your spouse WHILE IN REALITY IT CAN BE REALLY SUCKS.
Ada yang waktu pacaran baik, tapi ternyata setelah nikah baru tau kalo dia kasar dan posesif banget bikin merasa terkekang,
Ada yang waktu pacaran baik, tapi ternyata setelah nikah baru keliatan aslinya kayak gimana dan ternyata gabisa ditoleransi.
Ada yang waktu pacaran romantis dan nyenengin, setelah nikah baru ngerasain pait2nya diselingkuhin sama orang yang lebih muda.
Bahkan ada yang ibarat beli kucing dalam karung, alias nggak tau apa-apa tentang pasangannya tapi asal nikah ae. Ntah karena dijodohin jadi terpaksa nikah, atau karena emang asal suka terus main nikah aja jadi nggak tau apa-apa tentang orang yang akan jadi pasangannya itu.
Yang begini begini nih bikin aku sebel.
Mbok ya kalo mau nikah itu perhatiin dulu bibit bebet bobotnya. Know your partner well before you marry them. Marriage supposed to be once in a lifetime. Pasti ada saatnya di mana pernikahan ditimpa masalah, tapi bukannya masalah adalah hal yang menguatkan? Selama masalah itu bisa diselesaikan tanpa menyakiti pihak lain. Selama masalah itu masih dalam batas wajar.
I see my parents divorced right in my eyes.I remember how I cannot go to sleep because I heard my parents arguing to each other every single night.I remember how I almost kill myself because seeing my parents like that is tiring and too much for me.
And when they finally divorced, life became so hard and peaceful in the same time.
I don't have to hear them arguing and shouting to each other again, but I also feel lonely because I don't have my mom by my side.
Ntah bagaimanapun, perceraian adalah hal yang mau gamau pasti ada dampak buat anak. Termasuk sekarang merupakan salah satu akibat kenapa pemikiranku tentang pernikahan kemungkinan beda sama banyak orang.
Aku nggak ngebet nikah saat teman-temanku yang lain bilang "Ah pusing kuliah/sekolah mau nikah aja biar masalah ilang". Iya tau mereka ngomong itu cuma bercanda karena lelah sama tugas, tapi di dalam lubuk hati terdalamku aku selalu pengen respon "Jangan. Nikah justru nambah masalah baru"
Tapi aku cuma diem. Kadang respon gitu sih kalo lagi pengen hehe.
Pemikiranku saat ini, 18 tahun, adalah aku nggak tau apakah aku akan menikah atau tidak, tapi yang jelas nikah bukan prioritasku. Aku merasa akan baik-baik saja kalo nggak nikah. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan. Nikah adalah hal yang nggak aku pikirkan. Kalo pacaran mungkin okelah, tapi kalau nikah.. umm.. i'm not sure.
Bersama orang yang sama sepanjang sisa hidupku adalah hal yang mengerikan. Terus setelah menikah pun masih ada tuntutan lain yaitu "kapan punya anak?". Setelah punya 1 anak akan ditanya lagi "Kapan mau kasi adek?"
Bruh.
Belum lagi segala kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. You may list down all the happy things about being married, but I can also list down all the bad things that could happen. Trauma sama masa lalu? Mungkin iya, sedikit. Makanya aku juga bodoh dalam hal percintaan HAHAHAHA
Dah itu aja yak. Udah kepanjangan nulisnya hehe
No comments:
Post a Comment